Senin, 07 November 2011

Perempuan I


Perempuan selalu identic dengan kaum yang lemah.  Sosok yang selalu menjadi korban kebengisan.  Begitu purbanya derita yang dipikuli perempuan di bumi  ini.  Dia menjadi makhluk dengan derajat rendahan; hanya melayani, mengabdi, dan menerima.  Perempuan pun hanya bias menerima ketika dia khianati.  Terutama perempuan muda yang hanya bias meratap saat lelaki merengkut keperawanannya.  Tuhan menciptakan selaput dara agar perempuan hanya melayani satu laki-laki seumur hidupnya.  Dan laki-laki bahakan dilegalkan untuk beristri banyak sekaligus.  Banyaknya jumlah perempuan dan sedikitnya jumlah lelaki adalah pembuktian dari kata-kata Tuhan itu bahwa poligami memang disuruh agar laki-laki bisa puas menikamti tubuh perempuan.
Perempuan sekalipun tidak boleh menentang hukum alam, jerat-jerat yang dibikin Tuhan sendiri dengan sedemikian rupa : tentang kesucian, tentang ketaatan pada suami.  Dia sang perempuan, tidak bissa menentang hukum itu.






Hamil ditakdirkan kepada perempuan merupakan salah satu bentuk pengkuhuman itu.  Jangan-jangan Tuhan sudah mendesain dunia ini buat laki-laki semata dan perempuan hanya salah satu hiasan baginya dan diciptakan untuk menjadi jongos, menjadi pelayan atas kehidupan lelaki.
Setelah sekian lama kutimbang-timbang, betapa penderitaan perempuan tidak pernah ada akhirya.  Penderitaannya yang diberikan kepadanya sedalam ketulusannya untuk memanggul beban derita itu.  Ketika masa pengadilan nanti, Tuhan sudah mengancam untuk memenuhi nerkanya dengan kaum perempuan.  Disis lain di surge telah tersedia bidadari-bidadari untuk melayani hasrat laki-laki.  Bila laki-laki sudah dilayani sedemikian rupa oleh bidadari cantik, lalu istrinya dijadikan apa? Atau menjadi tukang bersih-berih lantai, rapi-rapi kamar, setelah antrian bidadari-bidadari itu puas menikmati cumbuan mesra suaminya.  Maka tidak ada salahnya dikatakan bahwa desain seluruh penciptaan alam, dimanapun, telah menggariskan takdir perempuan sebagai pelayan kaum laki-laki.  Ia hanya bisa menyediakan mulutnya yang setengah menganga untuk kebutuhan dunia falus.

(pikiran seorang penulis dalam novel)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar